Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Sala
Oleh-olehe payung motha
Mak jenthit lolo lobah
Wong mati ora obah
Nek obah medeni bocah
Nek urip goleka dhuwit.
Sluku-sluku
bathok, Bathoke ela-elo : berasal dari Bahasa Arab : Ghuslu-ghuslu bathnaka,
artinya mandikanlah batinmu. Membersihkan batin dulu sebelum membersihkan badan
atau raga. Sebab lebih mudah membersihkan badan dibandingkan membersihkan batin
atau jiwa. Dalam lagu Indonesia Raya juga mendahulukan jiwa lebih dulu :
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya ...
Bathoke
ela-elo : batine La Ilaha Illallah : maksudnya hatinya senantiasa berdzikir
kepada Allah, diwaktu senang apalagi susah, dikala menerima nikmat maupun
musibah, sebab setiap persitiwa yang dialami manusia, pasti mengandung hikmah.
Si
Rama menyang Solo : Mandilah, bersucilah, kemudian kerjakanlah shalat. Allah
menciptakan Jin dan manusia tidak lain adalah agar supaya menyembah,
menghambakan diri kepada-Nya. Menyadari betapa besarnya anugerah dan jasa yang
telah diperoleh manusia dan betapa bijaksana Allah dalam segala ketetapan dan
pekerjaan-Nya. Kesadaran ini dapat mendorong seorang hamba untuk beribadah
kepada Allah sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diterima.
Manusia sendirilah yang akan memperoleh manfaat ibadah yang dilakukannya.
Oleh-oleh
payung motha : Lailaha Illalah hayyun mauta : dzikir pada Allah mumpung masih
hidup, bertaubat sebelum datangnya maut. Manusia hidup di alam dunia tidak
sekedar memburu kepentingan duniawi saja, tetapi harus seimbang dengan urusan-urusan
ukhrowi. Kesadaran akan hidup yang kekal di akhirat, menumbuhkan semangat untuk
mencari bekal yang diperlukan.
Mak
jentit lolo lobah wong mati ora obah, nek obah medeni bocah, nek urip golekka
dhuwit : Kalau sudah sampai saatnya, mati itu sak jenthitan selesai, habis itu
tidak bergerak. Walau ketika hidup sebagai raja diraja, sugih banda-bandhu,
mukti wibawa, ketika mati tidak ada yang dibawa. Ketika masih hidup supaya
berkarya, giat berusaha.
Demikian,
kilas balik rekaman masa kanak-kanak ketika ngaji di surau. Jethungan, gebak
sodor, jamuran dan model-model permainan lainya, penuh simbol menuju kesadaran
beragama. Dengan sarana-prasarana serta serta fasilitas yang murah-meriah,
pesan-pesan moral dapat terserap di hati masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar